Kamis, 18 Maret 2010

Seorang anak yang berdoa bukan untuk menang, tapi kuat dan tegar menghadapi kekalahan.

Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab, ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah peraturannya.

Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsingkan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya.

Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri.

Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalurl lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 “pembalap” kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya.

Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam, dengan tangan yang bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, “Ya, aku siap!”

Dor. Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. “Ayo…ayo…cepat…cepat, maju…maju”, begitu teriak mereka. Ahha… sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan Mark lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati “Terima kasih.”

Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu disehkan, ketua panitia bertanya. “Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?”. Mark terdiam. “Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan” kata Mark.

Ia lalu melanjutkan, “Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongmu mengalahkan orang lain. Aku , hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah.” Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.

Renungan :

Anak-anak tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua. Mark, tidaklah bermohon pada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Mark, tak memohon kepada Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang, dan menyakiti yang lainnya. Namun, Mark, bermohon pada Tuhan, agar diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdoa, agar diberikan kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga.

Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada Tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa pada Tuhan, untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Padahal, bukanlah yang kita butuh adalah bimbingan-Nya, tuntunan- Nya, dan panduan-Nya?

Kita sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa, dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini. Tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui? Saya yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah, cengeng dan mudah menyerah. Sesungguhnya, Tuhan sedang menguji setiap hamba-Nya yang shaleh.

sumber : http://alyas-arnhas.blogspot.com/

Alkisah, seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang dibuatnya. “Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak 31,104,000 kali selama setahun?” “Ha?,” kata jam terperanjat, “Mana sanggup saya?”

“Bagaimana kalau 86,400 kali dalam sehari?” “Delapan puluh enam ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini?” jawab jam penuh keraguan.

“Bagaimana kalau 3,600 kali dalam satu jam?” “Dalam satu jam harus berdetak 3,600 kali? Banyak sekali itu” tetap saja jam ragu-ragu dengan kemampuan dirinya.

Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian bicara kepada si jam. “Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?” “Naaaa, kalau begitu, aku sanggup!” kata jam dengan penuh antusias.

Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik. Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa karena ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti. Dan itu berarti ia telah berdetak sebanyak 31,104,000 kali.

Renungan :
Ada kalanya kita ragu-ragu dengan segala tugas pekerjaan yang begitu terasa berat. Namun sebenarnya kalau kita sudah menjalankannya, kita ternyata mampu. Bahkan yang semula kita anggap impossible untuk dilakukan sekalipun. Itu tergantung bagaimana kita menyiasati pekerjaan dan tugas kita, bila kita bisa bagi2 menjadi fragmen-fragmen yang kecil.

Jangan berkata “tidak” sebelum Anda pernah mencobanya.

Skenario 1

Andaikan kita sedang naik di dalam sebuah kereta ekonomi. Karena tidak mendapatkan tempat duduk, kita berdiri di dalam gerbong tersebut. Suasana cukup ramai meskipun masih ada tempat bagi kita untuk menggoyang-goyangkan kaki.

Kita tidak menyadari handphone kita terjatuh.

Ada orang yang melihatnya, memungutnya dan langsung mengembalikannya kepada kita. “Pak, handphone bapak barusan jatuh nih,” kata orang tersebut seraya memberikan handphone milik kita.

Apa yang akan kita lakukan kepada orang tersebut?
Mungkin kita akan mengucapkan terima kasih dan berlalu begitu saja.

Skenario 2

Sekarang kita beralih kepada skenario kedua. Handphone kita terjatuh dan ada orang yang melihatnya dan memungutnya.
Orang itu tahu handphone itu milik kita tetapi tidak langsung memberikannya kepada kita. Hingga tiba saatnya kita akan turun dari kereta, kita baru menyadari handphone kita hilang.

Sesaat sebelum kita turun dari kereta, orang itu ngembalikan handphone kita sambil berkata,
“Pak, handphone bapak barusan jatuh nih.”
Apa yang akan kita lakukan kepada orang tersebut?

Mungkin kita akan mengucapkan terima kasih juga kepada orang tersebut. Rasa terima kasih yang kita berikan akan lebih besar daripada rasa terima kasih yang kita berikan pada orang di skenario pertama (orang yang langsung memberikan handphone itu kepada kita). Setelah itu mungkin kita akan langsung turun dari kereta.

Skenario 3
Marilah kita beralih kepada skenario ketiga.
Pada skenario ini, kita tidak sadar handphone kita terjatuh, hingga kita menyadari handphone kita tidak ada di kantong kita saat kita sudah turun dari kereta. Kita pun panik dan segera menelepon ke nomor handphone kita, berharap
ada orang baik yang menemukan handphone kita dan bersedia mengembalikannya kepada kita.

Orang yang sejak tadi menemukan handphone kita (namun tidak memberikannya kepada kita) menjawab telepon kita.
“Halo, selamat siang, Pak. Saya pemilik handphone yang ada pada bapak sekarang,” kita mencoba bicara kepada orang yang sangat kita harapkan berbaik hati mengembalikan handphone itu kembali kepada kita.
Orang yang menemukan handphone kita berkata,
“Oh, ini handphone bapak ya. Oke deh, nanti saya akan turun di stasiun berikut. Biar bapak ambil di sana nanti ya.”

Dengan sedikit rasa lega dan penuh harapan, kita pun pergi ke stasiun berikut dan menemui “orang baik” tersebut.
Orang itu pun memberikan handphone kita yang telah hilang.

Apa yang akan kita lakukan pada orang tersebut?

Satu hal yang pasti, kita akan mengucapkan terima kasih, dan seperti nya akan lebih besar daripada rasa terima kasih kita pada skenario kedua bukan? Bukan tidak mungkin kali ini kita akan memberikan hadiah kecil kepada orang yang menemukan handphone kita tersebut.

Skenario 4
Terakhir, mari kita perhatikan skenario keempat.

Pada skenario ini, kita tidak sadar handphone kita terjatuh, kita turun dari kereta dan menyadari bahwa handphone kita telah hilang, kita mencoba menelepon tetapi tidak ada yang mengangkat. Sampai akhirnya kita tiba di rumah.

Malam harinya, kita mencoba mengirimkan SMS :
“Bapak / Ibu yang budiman.
Saya adalah pemilik handphone yang ada pada bapak / ibu sekarang.
Saya sangat mengharapkan kebaikan hati bapak / ibu untuk dapat
mengembalikan handphone itu kepada saya.
Saya akan memberikan imbalan sepantasnya. ”
SMS pun dikirim dan tidak ada balasan.
Kita sudah putus asa.

Kita kembali mengingat betapa banyaknya data penting yang ada di dalam handphone kita. Ada begitu banyak nomor telepon teman kita yang ikut hilang bersamanya. Hingga akhirnya beberapa hari kemudian, orang yang menemukan handphone kita menjawab SMS kita, dan mengajak ketemuan untuk mengembalikan handphone tersebut.

Bagaimana kira-kira perasaan kita?
Tentunya kita akan sangat senang dan segera pergi ke tempat yang diberikan oleh orang itu. Kita pun sampai di sana dan orang itu mengembalikan handphone kita.

Apa yang akan kita berikan kepada orang tersebut?

Kita pasti akan mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepadanya, dan mungkin kita akan memberikannya hadiah (yang kemungkinan besar lebih berharga dibandingkan hadiah yang mungkin kita berikan di skenario ketiga).

Moral of the story

Apa yang kita dapatkan dari empat skenario cerita di atas?

Pada keempat skenario tersebut, kita sama-sama kehilangan handphone, dan
ada orang yang menemukannya.

Orang pertama menemukannya dan langsung mengembalikannya kepada kita.
Kita berikan dia ucapan terima kasih.

Orang kedua menemukannya dan memberikan kepada kita sesaat sebelum kita
turun dari kereta.
Kita berikan dia ucapan terima kasih yang lebih besar.

Orang ketiga menemukannya dan memberikan kepada kita setelah kita turun
dari kereta.
Kita berikan dia ucapan terima kasih ditambah dengan sedikit hadiah.

Orang keempat menemukannya, menyimpannya selama beberapa hari, setelah
itu baru mengembalikannya kepada kita.
Kita berikan dia ucapan terima kasih ditambah hadiah yang lebih besar.

Ada sebuah hal yang aneh di sini.
Cobalah pikirkan, di antara keempat orang di atas, siapakah yang paling
baik?
Tentunya orang yang menemukannya dan langsung memberikannya kepada kita,
bukan?
Dia adalah orang pada skenario pertama.

Namun ironisnya, dialah yang mendapatkan reward paling sedikit di antara
empat orang di atas.

Manakah orang yang paling tidak baik?
Tentunya orang pada skenario keempat, karena dia telah membuat kita
menunggu beberapa hari dan mungkin saja memanfaatkan handphone kita
tersebut selama itu.

Namun, ternyata dia adalah orang yang akan kita berikan reward paling
besar.

Apa yang sebenarnya terjadi di sini?
Kita memberikan reward kepada keempat orang tersebut secara tulus,
tetapi orang yang seharusnya lebih baik dan lebih pantas mendapatkan
banyak, kita berikan lebih sedikit.

OK, kenapa bisa begitu?

Ini karena rasa kehilangan yang kita alami semakin bertambah di setiap
skenario.

Pada skenario pertama, kita belum berasa kehilangan karena kita belum
sadar handphone kita jatuh, dan kita telah mendapatkannya kembali.

Pada skenario kedua, kita juga sudah mulai merasakan kehilangan karena saat
itu kita baru sadar, dan kita sudah membayangkan rasa kehilangan yang
mungkin akan kita alami seandainya saat itu kita sudah turun dari
kereta.

Pada skenario ketiga, kita sempat merasakan kehilangan, namun tidak lama
kita mendapatkan kelegaan dan harapan kita akan mendapatkan handphone
kita kembali.

Pada skenario keempat, kita sangat merasakan kehilangan itu.

Kita mungkin berpikir untuk memberikan sesuatu yang besar kepada orang
yang menemukan handphone kita, asalkan handphone itu bisa kembali kepada
kita.

Rasa kehilangan yang bertambah menyebabkan kita semakin menghargai
handphone yang kita miliki.

Kesimpulan
Saat ini, adakah sesuatu yang kurang kita syukuri?

Apakah itu berupa rumah, handphone, teman-teman, kesempatan berkuliah,
kesempatan bekerja, atau suatu hal lain.

Namun, apakah yang akan terjadi apabila segalanya hilang dari genggaman
kita.
Kita pasti akan merasakan kehilangan yang luar biasa.

Saat itulah, kita baru dapat mensyukuri segala sesuatu yang telah
hilang tersebut.

Namun, apakah kita perlu merasakan kehilangan itu agar kita dapat
bersyukur?

Sebaiknya tidak.

Syukurilah segala yang kita miliki, termasuk hidup kita, selagi itu
masih ada.
Jangan sampai kita menyesali karena tidak bersyukur ketika itu telah
lenyap dari diri kita.

Jangan pernah mengeluh dengan segala hal yang belum diperoleh.
Bahagialah dengan segala hal yang telah diperoleh.

Sesungguhnya, hidup ini berisikan banyak kebahagiaan.
Bila kita mampu memandang dari sudut yang benar.

Tidak Ada Orang Yang Sempurna di Mata Ego Kita

Selama kita menggunakan kacamata “persepsi” kita, di dunia ini tidak akan ada orang yang sempurna di mata kita..

Bila sudah ada persepsi dan cara pandang yang baku dalam diri kita, selalu saja kita dapat melihat kesalahan dan kekurangan orang lain, Selalu saja saya dapat menemukan sesuatu yang saya “anggap” sebagai kelemahan-kelemahan dalam diri orang lain. Dan kelemahan2 mereka, kesalahan dan kekurangan dalam diri mereka sungguh mengganggu pikiran saya. Saya menjadi gelisah dan tidak tenang. Dan di kepala saya selalu muncul gambaran-gambaran akan kesalahan2 dan kekurangan2 mereka. Terutama hal semacam ini terjadi kepada mereka yang terlalu intelektual, dan lebih cenderung menggunakan logika daripada perasaan.

Aku ingat sekali waktu itu aku hampir marah-marah kepada ayah saya, entah kenapa, setiap kali saya mandi, dia selalu mematikan pompa air sanyo, sehingga air mandi menjadi macet dan saya harus keluar dan teriak2 untuk minta dinyalakan kembali. Hal ini terjadi berulang-ulang dan sering terjadi. Di mata saya, Ayah saya adalah seorang yang “bodoh” dan tidak tanggap terhadap situasi dan kondisi. Dia tidak lulus sekolah sd. Kecerdasan emosional sungguh rendah dan daya empatinya juga rendah. Sehingga saya selalu merasa kewalahan menghadapi orang semacam ini. Seharusnya saya tidak mempunyai ayah yang demikian. Itulah pemikiran saya.

Baru saja, saya mau marah.. Dan saya mencoba menenangkan diri, tiba2 dalam sepersekian detik, saya teringat.. selama sehari-sehari, ayah sayalah yang mencuci piring saya.. saya telah makan & minum, dia yang mencuci piring dan gelas saya.. dia sering tidak mengizinkan saya untuk mencuci piring.. dia juga yang menyetrika baju dan celana saya, dan saya tinggal pakai saja. Ia telah melakukan ini selama bertahun-tahun. Dan seolah-olah dia telah menjadi pembantu di rumah ini.

Mengapa aku sangat jarang memperhatikan hal-hal semacam ini, Mengapa aku tidak berterima kasih atas usaha dan jerih payahnya untuk menjadi seorang “ayah” menurut caranya. Walaupun bukan itu sebenarnya yang aku inginkan. Ia telah berusaha semampunya sebatas kemampuannya. Ia memang tidak sempurna.. begitu juga dengan diriku.. anaknya yang tidak sempurna.. Apa yang telah aku berikan kepada dia sebagai sang Ayah ? Di rumah aku hanya makan & minum, meletakkan piring & gelas dan kemudian pergi keluar.. Aku mandi dan memakai baju yang telah disetrika dan meletakkan baju kotor itu di tempat cucian dan kemudian pergi.. pulang2 ke rumah untuk tidur. Aku jarang menghibur dirinya. Jarang juga memberikan sesuatu atau uang. Bahkan apa yang telah aku lakukan tidak sebanding dengan apa yang telah ia lakukan. Lalu kenapa aku marah2 ?

Tidak terasa, air mata telah menetes di pipiku ini.. Aku telah terbiasa dimanja.. dan ini adalah kesalahan kedua belah pihak.. Mulai kini aku berjanji untuk mengintropeksi diri, bukan untuk orang lain, tapi untuk kebaikan diriku sendiri. Sifat menghakimi ini sungguh egois. Masalah pompa air sanyo pun terselesaikan begitu saja, semenjak saya merasa enjoy aja.. apakah air sanyo itu dimatikan atau tidak. Bila dimatikan, saya tidak lagi marah2. Paling2 saya keluar dan ngomong baik2, atau saya sendiri turun menyalakan air sanyo itu. Sejak itu, tidak ada lagi peristiwa air sanyo yang dimatikan waktu mandi. Heran juga.. terselesaikan begitu saja.

Sekelompok alumni satu universitas yang telah mapan dalam karir masing-masing berkumpul dan mendatangi professor kampus mereka yang telah tua. Percakapan segera terjadi dan mengarah pada keluhan tentang stress di pekerjaan dan kehidupan mereka..

Menawari tamu-tamunya kopi, professor pergi ke dapur dan kembali dengan porsi besar berisi kopi dan cangkir berbagai jenis dari porselin, plastic, gelas kristal, gelas biasa, beberapa di antaranya gelas mahal dan beberapa lainnya sangat indah, dan mengatakan pada para mantan mahasiswanya untuk menuang sendiri kopinya…

Setelah semua mahasiswanya mendapat secangkir kopi di tangan, professor itu mengatakan : “Jika kalian perhatikan, semua cangkir yang indah dan mahal telah diambil, yang tertinggal hanyalah gelas biasa dan murah saja. Meskipun normal bagi kalian untuk mengingini hanya yang terbaik bagi diri kalian, tapi sebenarnya itulah yang menjadi sumber masalah dan stress yang kalian alami.”

Pastikan bahwa cangkir itu sendiri tidak mempengaruhi kualitas kopi. Dalam banyak kasus, itu hanya lebih mahal dan dalam beberapa kasus, bahkan menyembunyikan apa yang kita minum. Apa yang kalian inginkan sebenarnya adalah kopi, bukan cangkirnya, namun kalian secara sadar mengambil cangkir terbaik dan kemudian mulai memperhatikan cangkir orang lain.

Sekarang perhatikan hal ini : hati kita bagai kopi, sedangkan pekerjaan, uang dan posisi adalah cangkirnya. Sering kali karena berkonsentrasi hanya pada cangkir, kita gagal untuk menikmati kopi yang Tuhan sediakan bagi kita.

R e n u n g a n :

.. Kehidupan yang sesungguhnya adalah hati kita..

.. Apakah kita sudah merasa bahagia dan damai?

.. Apakah kita mencintai dan dicintai oleh keluarga, saudara dan teman-teman kita?

.. Apakah kita tidak berpikir buruk tentang orang lain dan tidak gampang marah?

.. Apakah kita sudah sabar, murah hati, bersukacita karena kebenaran, sopan dan tidak egois?

Hanya hati kita dan Tuhan yang tahu.. Namun bila kita ingin menikmati kopi dan bukan cangkirnya, hal-hal yang tidak semarak ini harus lebih mengendalikan kita ketimbang hal-hal semarak seperti pekerjaan, uang dan posisi kita..

– sekian –

sumber : http://devi123.multiply.com

Apakah anda percaya bahwa Tuhan tidak hanya mengasihi anda, tetapi tahu dimana anda berada dan apa yang anda sedang lakukan setiap menit? Saya sungguh percaya setelah pengalaman yang sangat menakjubkan yang saya alami beberapa tahun yang lalu. Pada saat itu saya sedang berkendaraan di jalan bebas hambatan 1-75 dekat Dayton, Ohio, bersama dengan isteri dan anak-anak saya. Kami keluar dari jalan bebas hambatan itu di sebuah tempat peristirahatan.

Isteri saya, Barbara, dan anak-anak pergi ke restoran. Saya tiba-tiba merasa butuh meregangkan kaki-kaki saya, sehingga saya menyuruh mereka pergi duluan dan saya katakan akan menyusul mereka kemudian. Saya membeli sekaleng minuman ringan, dan ketika saya sedang berjalan ke toko Dairy Queen, perasaan mengasihani diri sendiri mulai menyelimuti pikiran saya. Saya mengasihi Tuhan, tetapi saya merasa kering dan berbeban berat. Hati saya kosong.

Tiba-tiba deringan tak sabar dari sebuah telpon umum terdekat mengembalikan kesadaran saya. Suara dering telpon itu berasal dari kotak telpon umum di sebuah pompa bensin di sudut jalan. Apakah tidak ada orang yang akan menjawab telpon itu? Suara berisik dari lalu lintas yang ramai ini pastilah menenggelamkan deringan telpon itu karena penjaga pompa bensin terusmengurus para pengendara yang ingin mengisi bahan bakar, tak sadar akan bunyi dering telpon tanpa henti itu.

“Mengapa tidak ada orang yang menjawab telpon itu?” tanya saya. Saya mulai berpikir. “Mungkin telpon itu penting. Bagaimana kalau telpon itu merupakan panggilan darurat?” Rasa ingin tahu mulai mengatasi ketidak-pedulian saya.

Saya melangkah masuk ke telpon umum itu dan mengangkat gagang telpon. “Halo?” kata saya ringan dan menyedot minuman saya.

Dari seberang sana terdengar suara operator yang berkata, “Ini telpon interlokal untuk Pak Ken Gaub.”

Mata saya terbelalak, dan saya hampir tersedak oleh es batu yang ada di mulut saya. Setelah menelan dengan susah payah, saya katakan, “Anda gila deh!” Kemudian karena saya menyadari bahwa saya seharusnya tak berkata begitu kepada seorang operator telpon, saya menambahkan, “Ini tak mungkin! Saya sedang berjalan-jalan, tak menunggu telpon dari siapapun, dan tadi tiba-tiba telpon umum ini berdering…”

“Apakah Pak Ken Gaub ada di sana?” operator telpon itu menyela.

“Ya, ia ada di sini.” Sambil memikirkan penjelasan yang masuk akal, saya was-was apakah ada kamera tersembunyi yang melacak keberadaan saya! Apakah saya sedang dikerjai dalam sebuah acara reality show? Masih kaget dan bingung, saya bertanya, “Bagaimana caranya anda menemukan saya di sini? Saya sedang berjalan-jalan, lalu telpon umum ini berdering, dan saya mengangkat panggilan telpon ini asal-asalan saja. Mungkinkah anda salah panggil?”

“Baiklah,” operator telpon itu bertanya, “apakah Pak Gaub ada di sana atau tidak?” “Ya, saya adalah Ken Gaub,” kata saya, setelah saya akhirnya yakin bahwa panggilan telpon ini sungguhan. Kemudian saya mendengar suara lain berkata, “Ya, itulah dia orangnya, operator. Itulah Ken Gaub.”

Saya mendengarkan seperti orang kebingungan pada suatu suara yang mengenalkan dirinya sendiri, “Saya adalah Millie dari Harrisburg, Pennsylvania. Anda tidak mengenal saya, Pak Gaub, tetapi saya sedang putus asa. Tolonglah saya.”

“Apa yang saya dapat bantu?”
Ia mulai menangis. Akhirnya ia dapat mengendalikan dirinya dan melanjutkan.

“Saya hampir saja bunuh diri, dan telah menulis surat terakhir saya, ketika saya mulai berdoa dan berkata kepada Tuhan bahwa saya sebenarnya tidak mau bunuh diri. Kemudian tiba-tiba saya ingat bahwa saya pernah melihat anda di televisi dan saya pikir seandainya saja saya dapat berbicara dengan anda, anda mungkin dapat menolong saya. Saya tahu bahwa hal itu mustahil karena saya tidak tahu bagaimana saya dapat menghubungi anda. Saya juga tidak tahu siapa yang dapat menolong saya untuk menghubungi anda. Kemudian beberapa angka datang ke pikiran saya, dan saya menuliskannya. Sampai titik ini wanita itu mulai menangis lagi, dan saya berdoa di dalam hati memohon hikmat Tuhan untuk menolongnya. Ia melanjutkan, “Saya melihat deretan angka itu dan berpikir, `Mungkinkah saya mendapat mukjizat dari Tuhan, dan Ia memberikan telpon Pak Ken’ Saya akhirnya memutuskan untuk mencoba menelpon anda dengan menggunakan deretan angka itu. Saya tak habis mengerti bahwa sekarang saya sedang berbicara dengan Bapak. Apakah anda mempunyai kantor di Kalifornia?”

Saya menjawab, “Bu, saya tidak punya kantor di Kalifornia. Kantor saya di Yakima, Washington.”

Dengan terkejut dia bertanya, “Oh, ya? Lalu anda sekarang ada dimana?”

“Apakah anda tidak tahu?” jawab saya. “Kan anda yang menelpon saya duluan.”

Wanita itu menjelaskan, “Tetapi saya bahkan tidak tahu saya sedang menelpon kemana. Saya hanya meminta operator untuk menekan tombol telpon sesuai dengan deretan angka yang saya tulis di kertas ini.”

“Bu, mungkin anda tidak percaya, tetapi saya sekarang sedang berada di sebuah telpon umum di Dayton, Ohio!”

“Sungguh?” serunya. “Jadi, sedang apa anda sekarang?”

Saya menggodanya, “Yah, sekarang saya sedang menelpon anda. Saya sedang berada di sebuah tempat peristirahatan di jalan bebas hambatan menuju Dayton, Ohio. Telpon ini berdering ketika saya sedang berjalan-jalan, sehingga saya mengangkatnya. ”

Karena saya tahu bahwa pertemuan ini mustahil terjadi tanpa pengaturan Tuhan, saya mulai mengonseling wanita itu. Setelah wanita itu menceritakan keputus-asaannya dan frustrasinya, hadirat Roh Kudus membanjiri kotak telpon umum itu dan memberi saya perkataan hikmat di luar kemampuan saya. Dalam waktu beberapa saat, akhirnya wanita itu mau menyerahkan dirinya kepada Tuhan dalam sebuah doa pertobatan dan bertemu dengan Pribadi yang akan
menuntunnya keluar dari situasinya yang buruk dan memulai hidup baru.

Saya berjalan keluar dari kotak telpon umum itu dengan perasaan merinding tentang kepedulian Bapa Sorgawi terhadap setiap anak-anak-Nya. Bagaimana mungkin hal ini merupakan suatu peristiwa kebetulan? Dengan semua telpon umum yang berjumlah jutaan dan kombinasi angka yang tak terhitung, hanya Bapa yang Mahatahu yang dapat menyebabkan wanita itu menghubungi kotak telpon umum itu dalam waktu yang tepat. Dengan melupakan minuman ringan saya dan sangat takjub dengan pengalaman ini, saya berjalan kembali menuju keluarga saya, sambil mengira-ngira apakah isteri saya akan mempercayai kisah saya. Mungkin saya sebaiknya tidak menceritakan hal ini, saya pikir, tetapi saya tak dapat menahannya. “Barbara, kamu pasti tidak percaya! Tuhan tahu dimana saya berada lho!”

ang Palsu di Diri Kita

gadis kecil dengan mutiara

Jenny, gadis cantik kecil berusia 5 tahun dan bermata indah. Suatu hari ketika ia dan ibunya sedang pergi berbelanja ia melihat sebuah kalung mutiara tiruan yang sangat Indah, dan harganya-pun cuma 2,5 dolar. Ia sangat ingin memiliki kalung tersebut dan mulai merengek kepada ibunya. Akhirnya sang Ibu setuju, katanya: “Baiklah, anakku. Tetapi ingatlah bahwa meskipun kalung itu sangat mahal, ibu akan membelikannya untukmu. Nanti sesampai di rumah, kita buat daftar pekerjaan yang harus kamu lakukan sebagai gantinya. Dan, biasanya kan Nenek selalu memberimu uang pada hari ulang tahunmu, itu juga harus kamu berikan kepada ibu.” “Okay,” kata Jenny setuju.

Merekapun lalu membeli kalung tersebut. Setiap hari Jenny dengan rajin mengerjakan pekerjaan yang ditulis dalam daftar oleh ibunya. Uang yang diberikan oleh neneknya pada hari ulang tahunnya juga diberikannya kepada ibunya.Tidak berapa lama, perjanjiannya dengan ibunya pun selesai. Ia mulai memakai kalung barunya dengan rasa sangat bangga. Ia selalu memakai kalung itu kemanapun ia pergi. Ke sekolah taman kanak-kanaknya, ke supermarket, bermain bahkan pada saat ia tidur, kecuali pada saat mandi. “Nanti lehermu jadi hijau,” kata ibunya…

Jenny juga memiliki seorang ayah yang sangat menyayanginya. Setiap menjelang tidur, sang ayah selalu membacakan sebuah buku cerita untuknya. Pada suatu hari seusai membacakan cerita, sang ayah bertanya kepada Jenny; “Jenny, apakah kamu sayang ayah?” “Pasti, yah. Ayah tahu betapa aku menyayangi ayah.”"Kalau kau memang mencintai ayah, berikanlah kalung mutiaramu pada ayah.” “Yaa… ayah, jangan kalung ini. Ayah boleh ambil mainanku yang lain, Ayah boleh ambil Rosie, bonekaku yang terbagus, Ayah juga boleh ambil pakaian-pakaiannya yang terbaru tapi jangan ayah ambil kalungku…” “Ya anakku, tidak apa-apa… tidurlah.” Ayah Jenny lalu mencium keningnya dan pergi, sambil berkata: “Selamat malam anakku, semoga mimpi indah.”

Seminggu kemudian setelah membacakan cerita ayahnya bertanya lagi: “Jenny apakah kamu sayang ayah?” “Pasti, Yah. Ayah kan tahu aku sangat mencintaimu. ” “Kalau begitu, boleh ayah minta kalungmu?” “Yaa, jangan kalungku…, Ayah ambil Ribbons, kuda-kudaanku. .. Ayah masih ingat kan ? Itu mainan favoritku. Rambutnya panjang dan lembut. Ayah bisa memainkan rambutnya, mengepangnya dan sebagainya. Ambillah Yah, Asal ayah jangan minta kalungku…” “Sudahlah nak, lupakanlah,” kata sang ayah.

Beberapa hari setelah itu Jenny mulai berpikir, kenapa ayahnya selalu meminta kalungnya? dan kenapa ayahnya selalu menanyai apakah ia sayang padanya atau tidak? Beberapa hari kemudian ketika ayah Jenny membacakan cerita, Jenny duduk dengan resah. Ketika ayahnya selesai membacakan cerita, dengan bibir bergetar ia mengulurkan tangannya yang mungil kepada ayahnya sambil berkata: “Ayah…, terimalah ini..” Ia lepaskan kalung kesayangannya dari genggamannya, dan dengan penuh kesedihan kalung tersebut berpidah ke tangan sang ayah…Dengan satu tangan menggenggam kalung mutiara palsu kesayangan anaknya, tangan yang lainnya mengambil sebuah kotak beludru biru kecil dari kantong bajunya. Di dalam kotak beludru itu terletak seuntai kalung mutiara yang asli, sangat indah dan sangat mahal… Ia telah menyimpannya begitu lama untuk anak yang dikasihinya. Ia menunggu dan menunggu agar anaknya mau melepaskan kalung mutiara plastiknya yang murah, sehingga ia dapat memberikan kepadanya kalung mutiara yang asli

Begitu pula dengan dengan Tuhan kita… seringkali Ia menunggu lama sekali agar kita mau menyerahkan segala milik kita yang palsu … dan menukarnya dengan sesuatu yang sangat berharga….

ternyata hidup itu sederhana

Ada seseorang saat melamar kerja, memungut sampah kertas di lantai ke dalam tong sampah,

dan hal itu terlihat oleh peng-interview, dan dia mendapatkan pekerjaan tersebut.

Ternyata untuk memperoleh penghargaan sangat mudah, cukup memelihara kebiasaan yang baik.

—- 000 —–

Ada seorang anak menjadi murid di toko sepeda.

Suatu saat ada seseorang yang mengantarkan sepeda rusak untuk diperbaiki di toko tsb.

Selain memperbaiki sepeda tersebut, si anak ini juga membersihkan sepeda hingga bersih mengkilap.

Murid-murid lain menertawakan perbuatannya.

Keesokan hari setelah sang empunya sepeda mengambil sepedanya, si adik kecil ditarik/diambil kerja di tempatnya.

Ternyata untuk menjadi orang yang berhasil sangat mudah, cukup punya inisiatif sedikit saja.

—- 000 —–

Seorang anak berkata kepada ibunya: “Ibu hari ini sangat cantik.”

Ibu menjawab: “Mengapa?”

Anak menjawab: “Karena hari ini ibu sama sekali tidak marah-marah. ”

Ternyata untuk memiliki kecantikan sangatlah mudah, hanya perlu tidak marah-marah.

—- 000 —–

Seorang petani menyuruh anaknya setiap hari bekerja giat di sawah.

Temannya berkata: “Tidak perlu menyuruh anakmu bekerja keras, Tanamanmu tetap akan tumbuh dengan subur.”

Petani menjawab: “Aku bukan sedang memupuk tanamanku, tapi aku sedang membina anakku.”

Ternyata membina seorang anak sangat mudah, cukup membiarkan dia rajin bekerja.

—- 000 —–

Seorang pelatih bola berkata kepada muridnya:

“Jika sebuah bola jatuh ke dalam rerumputan, bagaimana cara mencarinya?”

Ada yang menjawab: “Cari mulai dari bagian tengah.”

Ada pula yang menjawab: “Cari di rerumputan yang cekung ke dalam.”

Dan ada yang menjawab: “Cari di rumput yang paling tinggi.”

Pelatih memberikan jawaban yang paling tepat:

“Setapak demi setapak cari dari ujung rumput sebelah sini hingga ke rumput sebelah sana.”

Ternyata jalan menuju keberhasilan sangat gampang, cukup melakukan segala sesuatunya

setahap demi setahap secara berurutan, jangan meloncat-loncat.

—- 000 —–

Katak yang tinggal di sawah berkata kepada katak yang tinggal di pinggir jalan:

“Tempatmu terlalu berbahaya, tinggallah denganku.”

Katak di pinggir jalan menjawab: “Aku sudah terbiasa, malas untuk pindah.”

Beberapa hari kemudian katak “sawah” menjenguk katak “pinggir jalan”

dan menemukan bahwa si katak sudah mati dilindas mobil yang lewat.

Ternyata sangat mudah menggenggam nasib kita sendiri, cukup hindari kemalasan saja.

—- 000 —–

Ada segerombolan orang yang berjalan di padang pasir,

semua berjalan dengan berat, sangat menderita,

hanya satu orang yang berjalan dengan gembira.

Ada yang bertanya: “Mengapa engkau begitu santai?”

Dia menjawab sambil tertawa: “Karena barang bawaan saya sedikit.”

Ternyata sangat mudah untuk memperoleh kegembiraan, cukup tidak serakah dan memiliki

secukupnya saja.

* You are what you think about. Beware of your mind.

sumber

- peace & love -

Selasa, 16 Maret 2010

Apa yang dapat dibeli oleh Uang ?

Dengan Uang..

Engkau dapat…

Membeli tempat tidur, tapi tidak dapat membeli “tidur nyenyak”.

Membeli sebuah jam, tapi tidak dapat membeli waktu.

Membeli sebuah buku, tapi tidak dapat membeli pengetahuan.

Membeli posisi yang bagus dalam pekerjaan, tapi tidak dapat membeli kehormatan.

Membeli obat-obatan, tapi tidak dapat membeli kesehatan.

Membeli darah, tapi tidak dapat membeli kehidupan.

Membeli sistem keamanan paling canggih, tapi tidak dapat membeli rasa tenang & damai.

Membeli jasa tubuh seorang manusia, tapi tidak dapat membeli hatinya.

Kisah Uang Kertas Seribu dan Seratus Ribu

Konon, uang seribu dan seratus ribu memiliki asal-usul yang sama tapi mengalami nasib yang berbeda. Keduanya sama-sama dicetak di PERURI dengan bahan dan alat-alat yang oke. Pertama kali keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu sama-sama bagus, berkilau, bersih, harum dan menarik. Namun tiga bulan setelah keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu bertemu kembali di dompet seseorang dalam kondisi yang berbeda.

Uang seratus ribu berkata pada uang seribu :

“Ya, ampiiiuunnnn. ……… darimana saja kamu, kawan? Baru tiga bulan kita berpisah, koq kamu udah lusuh banget? Kumal, kotor, lecet dan….. bau!

Padahal waktu kita sama-sama keluar dari PERURI, kita sama-sama keren kan….

Ada apa denganmu?”

Uang seribu menatap uang seratus ribu yang masih keren dengan perasaan nelangsa. Sambil mengenang perjalanannya, uang seribu berkata :

“Ya, beginilah nasibku , kawan. Sejak kita keluar dari PERURI, hanya tiga hari saya berada di dompet yang bersih dan bagus. Hari berikutnya saya sudah pindah ke dompet tukang sayur yang kumal. Dari dompet tukang sayur, saya
beralih e kantong plastik tukang ayam. Plastiknya basah, penuh dengan darah dan taik ayam. Besoknya lagi, aku dilempar ke plastik seorang pengamen, dari pengamen sebentar aku nyaman di laci tukang warteg. Dari laci tukang warteg saya
berpindah ke kantong tukang nasi uduk, dari sana saya hijrah ke ‘baluang’ (pren : tau kan baluang…?) Inang-inang.

Begitulah perjalananku dari hari ke hari. Itu makanya saya bau, kumal, lusuh, karena sering dilipat-lipat, digulung-gulung, diremas-remas. ……”

Uang seratus ribu mendengarkan dengan prihatin.:

“Wah, sedih sekali perjalananmu, kawan! Berbeda sekali dengan pengalamanku. Kalau aku ya, sejak kita keluar dari PERURI itu, aku disimpan di dompet kulit yang bagus dan harum. Setelah itu aku pindah ke dompet seorang wanita cantik. Hmmm… dompetnya harum sekali. Setelah dari sana, aku lalu berpindah-pindah, kadang-kadang aku ada di hotel berbintang 5, masuk ke restoran mewah, ke showroom mobil mewah, di tempat arisan Ibu-ibu pejabat, dan di tas
selebritis.

Pokoknya aku selalu berada di tempat yang bagus. Jarang deh aku di tempat yang kamu ceritakan itu. Dan…… aku jarang lho ketemu sama teman-temanmu. ”

Uang seribu terdiam sejenak. Dia menarik nafas lega, katanya :

“Ya. Nasib kita memang berbeda. Kamu selalu berada di tempat yang nyaman.
Tapi ada satu hal yang selalu membuat saya senang dan bangga daripada kamu!”

“Apa itu?” uang seratus ribu penasaran.

“Aku sering bertemu teman-temanku di kantong-kantong kolekte di gereja dan di kotak-kotak amal di mesjid atau di tempat-tempat ibadah lain. Hampir setiap minggu aku mampir di tempat-tempat itu. Jarang banget tuh aku melihat kamu
disana…..”

Peace,,,

Sang ayah dan ibu sangat murka ketika mengetahui anak perempuan mereka hamil.

“Siapa si bedebah itu,” jerit sang ayah, sedang si ibu menangis.

“Suruh dia datang kesini!”

Si anak pun menelepon pria yang menghamilinya.

Setengah jam kemudian sebuah mobil Ferrari merah berhenti di depan rumah.

Seorang lelaki separuh baya keluar dari mobil, memberi salam lalu masuk kerumah.

Lelaki itu berhadapan dengan ibu dan ayah perempuan yang telah dihamilinya.

Dia berkata, “Saya lelaki yang telah menghamili anak anda. Tapi terus

terang saya

katakan saya tidak dapat menikahi anak anda karena isteri saya tak

mengizinkan.

Namun bagaimanapun, saya akan bertanggung jawab. Sekiranya anak anda melahirkan

seorang bayi perempuan saya akan wasiatkan untuknya dua buah supermarket,

sebuah hotel dan uang tunai 5 milyar rupiah. Sekiranya dia melahirkan anak

lelaki saya akan wasiatkan untuknya dua buah kilang, dua buah supermarket,

dua buah hotel dan uang tunai 10 milyar rupiah.

Tapi sekiranya anak anda keguguran apakah yang harus saya lakukan?”

Sang ayah berfikir. Si ibu berhenti menangis.

Akhirnya sambil menepuk bahu lelaki itu, sang ayah berkata,

“Kalau keguguran, kamu coba lagi ya !!”

Senin, 15 Maret 2010

Cerita ini untuk menginspirasi kita semua, Apakah yang sebenarnya disebut malang atau keberuntungan ? Secara umum, bila kita dapatkan sesuatu yang menyenangkan kita anggap sebagai keberuntungan, sebaliknya mendapatkan sesuatu yang tidak menyenangkan kita anggap sebagai kemalangan. Tapi Apakah Benar Demikian ?


Alkisah jaman dahulu kala ada seorang petani miskin yang hidup dengan seorang putera nya. Mereka hanya memiliki seekor kuda kurus yang sehari-hari membantu mereka menggarap ladang mereka yang tidak seberapa. Pada suatu hari, kuda pak tani satu-satu nya tersebut menghilang, lari begitu saja dari kandang menuju hutan.Orang-orang di kampung yang mendengar berita itu berkata: “Wahai Pak Tani, sungguh malang nasibmu!”.

Pak tani hanya menjawab, “Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …” Keesokan hari nya, ternyata kuda pak Tani kembali ke kandangnya, dengan membawa 100 kuda liar dari hutan. Segera ladang pak Tani yang tidak seberapa luas dipenuhi oleh 100 ekor kuda jantan yang gagah perkasa. Orang2 dari kampung berbondong datang dan segera mengerumuni “koleksi” kuda-kuda yang berharga mahal tersebut dengan kagum. Pedagang-pedagang kuda segera menawar kuda-kuda tersebut dengan harga tinggi, untuk dijinakkan dan dijual. Pak Tani pun menerima uang dalam jumlah banyak, dan hanya menyisakan 1 kuda liar untuk berkebun membantu kuda tua nya.

Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu berkata: “Wahai Pak tani, sungguh beruntung nasibmu!”. Pak tani hanya menjawab, “Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …” Keesokan hari nya, anak pak Tani pun dengan penuh semangat berusaha menjinakan kuda baru nya. Namun, ternyata kuda tersebut terlalu kuat, sehingga pemuda itu jatuh dan patah kaki nya.

Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu berkata: “Wahai Pak tani, sungguh malang nasibmu!”. Pak tani hanya menjawab, “Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …” Pemuda itupun terbaring dengan kaki terbalut untuk menyembuhkan patah kaki nya. Perlu waktu lama hingga tulang nya yang patah akan baik kembali. Keesokan hari nya, datanglah Panglima Perang Raja ke desa itu. Dan memerintahkan seluruh pemuda untuk bergabung menjadi pasukan raja untuk bertempur melawan musuh di tempat yang jauh. Seluruh pemuda pun wajib bergabung, kecuali yang sakit dan cacat. Anak pak Tani pun tidak harus berperang karena dia cacat.

Orang-orang di kampung berurai air mata melepas putra-putra nya bertempur, dan berkata: “Wahai Pak tani, sungguh beruntung nasibmu!”. Pak tani hanya menjawab, “Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …”

Kisah di atas, mengungkapkan suatu sikap yang sering disebut: non-judgement. Sebagai manusia, kita memiliki keterbatasan untuk memahami rangkaian kejadian yang diskenariokan Sang Maha Sutradara. Apa2 yang kita sebut hari ini sebagai “kesialan”, barangkali di masa depan baru ketahuan adalah jalan menuju “keberuntungan” . Maka orang-orang seperti Pak Tani di atas, berhenti untuk “menghakimi” kejadian dengan label-label “beruntung”, “sial”, dan sebagainya.

Karena, siapalah kita ini menghakimi kejadian yang kita sunguh tidak tahu bagaimana hasil akhirnya nanti. Seorang karyawan yang dipecat perusahaan nya, bisa jadi bukan suatu “kesialan”, manakala ternyata status job-less nya telah memecut dan membuka jalan bagi diri nya untuk menjadi boss besar di perusahaan lain.

Maka berhentilah menghakimi apa –apa yang terjadi hari ini, kejadian –kejadian PHK , Paket Hengkang , Mutasi tugas dan apapun namanya . . . .yang selama ini kita sebut dengan “kesialan” , “musibah ” dll , karena .. sungguh kita tidak tahu apa yang terjadi kemudian dibalik peristiwa itu.

“Hadapi badai kehidupan sebesar apapun. Tuhan takkan lupa akan kemampuan kita. Kapal hebat diciptakan bukan untuk dilabuhkan di dermaga saja.”

Hal semacam ini juga sering terjadi pada diri kita jika kita mau memperhatikannya. Pertanyaannya, Apakah Anda sekarang mengalami Keberuntungan Atau Kemalangan ? Hayoo.. :D

sumber : arifperdana.wordpress.com

Larry Page dan Sergey Brin

Menemukan Google pada tahun 1998 ketika mereka baru berusia 24 tahun. Mulai di dalam garasi yang menjadi “kantor” pertama mereka, dua orang ini mengilhami ribuan anak muda untuk mencari uang online. Larry dan Sergey kemudian menciptakan perusahaan senilai satu multi milyar dollar yang mengguncangkan Internet.

Mark Zuckerberg

Mark Zuckerberg, mahasiswa universitas Harvard yang menemukan Facebook sebagai satu platform jaringan sosial bagi remaja di perguruan tinggi ketika dia baru berusia 19 tahun. Facebook kini merupakan situs web jaringan sosial terbesar kedua setelah MySpace. Facebook terus tumbuh hari demi hari, dengan jutaan pengguna baru yang terus mendaftar setiap bulan!

Steve Chen dan Chad Hurley

Para pencipta dari situs web “berbagi video online”, YouTube. Mereka mendirikan YouTube pada 2005 ketika Chad berusia 28 tahun dan Steve 27 tahun. YouTube kemudian diakuisisi oleh Google dengan nilai $1.65 milyar.

Jerry Yang dan David Filo

Di tahun 1995 kedua orang ini menemukan Yahoo!, mesin pencari yang merupakan saingan terdekat Google. Jerry berusia 26 tahun dan David Filo 28 tahun ketika mereka menciptakan Yahoo! Kedua orang ini sekarang mungkin lagi hangat-hangatnya dibicarakan orang-orang, setelah Microsoft meluncurkan tawaran senilai US$44.6 milyar untuk mengambil alih Yahoo!

Matt Mullenweg

Matt Mullenweg baru berusia 19 tahun ketika ia menciptakan platform blogging yang kini dipakai dimana-mana. Ia mendirikan platform blogging WordPress pada tahun 2005, dan sejak itu blogosphere pun mulai berevolusi. Orang-orang mulai berpindah dari MovableType dan platform lainnya ke WordPress, karena platform baru ini memang mudah dipakai dan selalu diperbaharui dan terus meningkat.

Tom Anderson

Menciptakan jaringan sosial #1 di dunia dengan lebih dari 100 juta pengguna, Tom Anderson mendirikan MySpace di tahun 2004 ketika ia baru berusia 23 tahun. Dia mungkin tidak sekaya Mark Zuckerberg, tapi ia tercatat sebagai pendiri dari jaringan sosial yang dipakai paling luas di Internet.

Blake Ross

Pada tahun 2003, Blake Ross mendirikan Mozilla ketika dia baru berusia 19 tahun. Sejak itu, Mozilla tumbuh sangat pesat, menggoda pengguna Internet untuk memakai penjelajah Firefox Mozilla mereka sendiri, yang terbukti memang lebih mudah dioperasikan dibandingkan kebanyakan aplikasi penjelajah web lainnya.

Pierre Omidyar

Pada tahun 1995 ketika ia baru berusia 28 tahun, Pierre Omidyar mendirikan eBay, lelangan online sedunia. Sejak itu, banyak orang-orang menghargai penemuannya, sehingga mendorong eBay menjadi platform dunia.

Sumber : http://aneukagamaceh.blogspot.com

Akhirnya dominasi Bill Gates memudar juga. Setelah 13 tahun berturut-turut bercokol sebagai orang terkaya di dunia versi majalah Forbes, pendiri raksasa peranti lunak Microsoft itu tergeser juga dari tahtanya. Tahun ini, orang terkaya sejagad adalah Warren Buffett, seorang pebisnis dan investor yang ketajaman pikirannya amat luar biasa sehingga ia diibaratkan sebagai perpaduan antara fisikawan Einstein, seniman Picasso dan raja kaya raya pencipta koin emas Croesus, dalam satu tubuh. ( sumber : http://www.sudutpandang.com/ )

Warren Buffett, Sang Pendepak Bill Gates

Warrent Buffett - foto diambil dari majalah Adbuster

Berikut ini adalah wawancara yang pernah ia lakukan dengan CNBC.

Dalam wawancara tersebut ditemukan beberapa aspek menarik dari hidupnya :

Ia membeli saham pertamanya pada umur 11 tahun dan ia sekarang menyesal karena tidak memulainya dari masih muda.
Pesan : Anjurkan anak anda untuk berinvestasi [ Encourage your children to invest ]

Ia membeli sebuah kebun yang kecil pada umur 14 tahun dengan uang tabungan yang didapatinya dari hasil mengirimkan surat kabar.
Pesan : Dorong Anak Anda untuk mulai belajar berbisnis [ Encourage your children to start some kind of business ]

Ia masih hidup di sebuah rumah dengan 3 kamar berukuran kecil di pusat kota Ohama, yang ia beli setelah ia menikah 50 tahun yang lalu.
Ia berkata bahwa ia mempunyai segala yang ia butuhkan dalam rumah itu.
Meskipun rumah itu tidak ada pagarnya.
Pesan : Jangan membeli apa yang tidak dibutuhkan, dan dorong Anak Anda berbuat yang sama. [ Don’t buy more than what you “really need” and encourage your children to do and think the same ]

Ia selalu mengemudikan mobilnya seorang diri jika hendak bepergian dan ia tidak mempunyai seorang supir ataupun keamanan pribadi.
Pesan : Jadilah apa adanya. [ You are what you are ]

Ia tidak pernah bepergian dengan pesawat jet pribadi, walaupun ia memiliki perusahaan pembuat pesawat jet terbesar di dunia.
Pesan : Berhematlah [ Always think how you can accomplish things economically ]

Berkshire Hathaway, perusahaan miliknya, memiliki 63 anak perusahaan.
Ia hanya menuliskan satu pucuk surat setiap tahunnya kepada para CEO dalam perusahaannya, menyampaikan target yang harus diraih untuk tahun itu.
Ia tidak pernah mengadakan rapat atau menelpon mereka secara reguler.
Pesan : Tugaskan pekerjaan kepada orang yang tepat [ Assign the right people to the right jobs ]

Ia hanya memberikan 2 peraturan kepada para CEOnya.
Peraturan nomor satu adalah : Jangan pernah sekalipun menghabiskan uang para pemilik saham.
Peraturan nomor dua : Jangan melupakan peraturan nomor satu.
Pesan : Buat Tujuan yang jelas dan yakinkan mereke untuk fokus ke tujuan. [ Set goals and make sure people focus on them ]

Ia tidak bersosialisasi dengan masyarakat kalangan kelas atas.
Waktu luangnya di rumah ia habiskan dengan menonton televisi sambil makan pop corn.
Pesan : Jangan Pamer, Jadilah diri sendiri & nikmati apa yang kamu lakukan [ Don’t try to show off, just be your self and do what you enjoy doing ]

Bill Gates, orang terkaya di dunia bertemu dengannya untuk pertama kalinya 5 tahun yang lalu.
Bill Gates pikir ia tidak memiliki keperluan yang sangat penting dengan Warren Buffet, maka ia mengatur pertemuan itu hanya selama 30 menit.
Tetapi ketika ia bertemu dengannya, pertemuan itu berlangsung selama 10 jam dan Bill Gates tertarik untuk belajar banyak dari Warren Buffet.

Warren Buffet tidak pernah membawa handphone dan di meja kerjanya tidak ada komputer.

Berikut ini adalah nasihatnya untuk orang-orang yang masih muda:

Hindarilah kartu kredit dan berinvestasilah untuk diri Anda sendiri dan ingat :

Uang tidak menciptakan orang tetapi oranglah yang menciptakan uang.

Hiduplah secara sederhana.

Jangan lakukan apa yang orang lain katakan, dengarkanlah mereka, namun lakukan apa yang menurut Anda baik.

Jangan memaksakan diri untuk memiliki barang-barang bermerk, pakailah apa yang sekiranya nyaman bagi Anda.

Jangan memboroskan uang Anda untuk hal-hal yang tidak diperlukan;
gunakanlah uang untuk membantu mereka yang kekurangan.

Biar bagaimana pun orang lain tetap tidak dapat mengatur hidup Anda sendiri.
Andalah yang mengendalikan hidup Anda sepenuhnya.

1. KETULUSAN

Ketulusan menempati peringkat pertama sebagai sifat yang paling disukai oleh semua orang. Ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai karena yakin tidak akan dibodohi atau dibohongi. Orang yang tulus selalu mengatakan kebenaran, tidak suka mengada-ada, pura-pura, mencari-cari alasan atau memutarbalikkan fakta. Prinsipnya “Ya diatas Ya dan Tidak diatas Tidak”. Tentu akan lebih ideal bila ketulusan yang selembut merpati itu diimbangi dengan kecerdikan seekor ular. Dengan begitu, ketulusan tidak menjadi keluguan yang bisa merugikan diri sendiri.

2. KERENDAHAN HATI

Berbeda dengan rendah diri yang merupakan kelemahan, kerendahan hati justru mengungkapkan kekuatan. Hanya orang yang kuat jiwanya yang bisa bersikap rendah hati. Ia seperti padi yang semakin berisi semakin menunduk. Orang yang rendah hati bisa mengakui dan menghargai keunggulan orang lain. Ia bisa membuat orang yang diatasnya merasa oke dan membuat orang yang di bawahnya tidak merasa minder.

3. KESETIAAN

Kesetiaan sudah menjadi barang langka & sangat tinggi harganya. Orang yang setia selalu bisa dipercaya dan diandalkan. Dia selalu menepati janji, punya komitmen yang kuat, rela berkorban dan tidak suka berkhianat.

4. BERSIKAP POSITIF

Orang yang bersikap positif (positive thinking) selalu berusaha melihat segala sesuatu dari kacamata positif, bahkan dalam situasi yang buruk sekalipun. Dia lebih suka membicarakan kebaikan daripada keburukan orang lain, lebih suka bicara mengenai harapan daripada keputusasaan, lebih suka mencari solusi daripada frustasi, lebih suka memuji daripada mengecam, dan sebagainya.

5. KECERIAAN

Karena tidak semua orang dikaruniai temperamen ceria, maka keceriaan tidak harus diartikan ekspresi wajah dan tubuh tapi sikap hati. Orang yang ceria adalah orang yang bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluh dan selalu berusaha meraih kegembiraan. Dia bisa mentertawakan situasi, orang lain, juga dirinya sendiri. Dia punya potensi untuk menghibur dan mendorong semangat orang lain.

6. BERTANGGUNG JAWAB

Orang yang bertanggung jawab akan melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Kalau melakukan kesalahan, dia berani mengakuinya. Ketika mengalami kegagalan, dia tidak akan mencari kambing hitam untuk disalahkan. Bahkan kalau dia merasa kecewa dan sakit hati, dia tidak akan menyalahkan siapapun. Dia menyadari bahwa dirinya sendirilah yang bertanggung jawab atas apapun yang dialami dan dirasakannya.

7. PERCAYA DIRI

Rasa percaya diri memungkinkan seseorang menerima dirinya sebagaimana adanya, menghargai dirinya dan menghargai orang lain. Orang yang percaya diri mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru. Dia tahu apa yang harus dilakukannya dan melakukannya dengan baik.

8. BERJIWA BESAR

Kebesaran jiwa dapat dilihat dari kemampuan seseorang memaafkan orang lain. Orang yang berjiwa besar tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa benci dan permusuhan. Ketika menghadapi masa-masa sukar dia tetap tegar, tidak membiarkan dirinya hanyut dalam kesedihan dan keputusasaan.

9. EASY GOING

Orang yang easy going menganggap hidup ini ringan. Dia tidak suka membesar-besarkan masalah kecil. Bahkan berusaha mengecilkan masalah-masalah besar. Dia tidak suka mengungkit masa lalu dan tidak mau khawatir dengan masa depan. Dia tidak mau pusing dan stress dengan masalah-masalah yang berada di luar kontrolnya.

10. EMPATI

Empati adalah sifat yang sangat mengagumkan. Orang yang berempati bukan saja pendengar yang baik tapi juga bisa menempatkan diri pada posisi orang lain. Ketika terjadi konflik dia selalu mencari jalan keluar terbaik bagi kedua belah pihak, tidak suka memaksakan pendapat dan kehendaknya sendiri. Dia selalu berusaha memahami dan mengerti orang lain.***

Minggu, 14 Maret 2010

menjadi kaya

Menjadi orang kaya, itulah cita-cita banyak sekali orang. Hal yang sama juga pernah melanda saya. Dulu, ketika masih duduk di bangku SMU, kemudian menyaksikan ada rumah indah dan besar, dan di depannya duduk sepasang orang tua lagi menikmati keindahan rumahnya, sering saya bertanya ke diri sendiri : akankah saya bisa sampai di sana ?. Sekian tahun setelah semua ini berlalu, setelah berkenalan dengan beberapa orang pengusaha yang kekayaan perusahaannya bernilai triliunan rupiah, duduk di kursi tertinggi perusahaan, atau menjadi penasehat tidak sedikit orang kaya, wajah-wajah hidup yang kaya sudah tidak semenarik dan seseksi bayangan dulu.

Penyelaman saya secara lebih mendalam bahkan menghasilkan sejumlah ketakutan untuk menjadi kaya. Ada orang kaya yang memiliki putera-puteri yang bermata kosong melompong sebagai tanda hidup yang kering. Ada pengusaha yang menatap semua orang baru dengan tatapan curiga karena sering ditipu orang, untuk kemudian sedikit-sedikit marah dan memaki. Ada sahabat yang berganti mobil termewah dalam ukuran bulanan, namun harus meminum pil tidur kalau ingin tidur nyenyak. Ada yang memiliki anak tanpa Ibu karena bercerai, dan masih banyak lagi wajah-wajah kekayaan yang membuat saya jadi takut pada kekayaan materi.

Dalam tataran pencaharian seperti ini, tiba-tiba saja saya membaca karya Shakti Gawain dalam jurnal Personal Excellence edisi September 2001 yang menulis : ‘If we have too many things we don’t truly need or want, our live become overly complicated‘. Siapa saja yang memiliki terlalu banyak hal yang tidak betul-betul dibutuhkan, kehidupannya akan berwajah sangat rumit dan kompleks.

Rupanya saya tidak sendiri dalam hal ketakutan bertemu hidup yang amat rumit karena memiliki terlalu banyak hal yang tidak betul-betul diperlukan. Shakti Gawain juga serupa. Lebih dari sekadar takut, di tingkatan materi yang amat berlebihan, ketakutan, kecemasan, dan bahkan keterikatan berlebihan mulai muncul.

Masih segar dalam ingatan, bagaimana tidur saya amat terganggu di hari pertama ketika baru bisa membeli mobil. Sebentar-sebentar bangun sambil melihat garasi. Demikian juga ketika baru duduk di kursi orang nomer satu di perusahaan. Keterikatan agar duduk di sana selamanya membuat saya hampir jadi paranoid. Setiap orang datang dipandang oleh mata secara mencurigakan. Benang merahnya, kekayaan materi memang menghadirkan kegembiraan (kendati hanya sesaat), namun sulit diingkari kalau ia juga menghadirkan keterikatan, ketakutan dan kekhawatiran. Kemerdekaan, kebebasan, keheningan semuanya diperkosa habis oleh kekayaan materi.

Disamping merampok kebebasan dan keheningan, kekayaan materi juga menghasilkan harapan-harapan baru yang bergerak maju. Lebih tinggi, lebih tinggi dan lebih tinggi lagi. Demikianlah kekayaan dengan amat rajin mendorong manusia untuk memproduksi harapan yang lebih tinggi. Tidak ada yang salah dengan memiliki harapan yang lebih tinggi, sejauh seseorang bisa menyeimbangkannya dengan rasa syukur. Apa lagi kalau harapan bisa mendorong orang bekerja amat keras, plus keikhlasan untuk bersyukur pada sang hidup. Celakanya, dalam banyak hal terjadi, harapan ini terbang dan berlari liar. Dan kemudian membuat kehidupan berlari seperti kucing yang mengejar ekornya sendiri.

Berefleksi dan bercermin dari sinilah, saya sudah teramat lama meninggalkan kehidupan yang demikian ngotot mengejar kekayaan materi. Demikian tidak ngototnya, sampai-sampai ada rekan yang menyebut saya bodoh, tidak mengerti bisnis, malah ada yang menyebut teramat lugu. Untungnya, badan kehidupan saya sudah demikian licin oleh sebutan-sebutan. Sehingga setiap sebutan, lewat saja tanpa memberikan bekas yang berarti.

Ada sahabat yang bertanya, bagaimana saya bisa sampai di sana ? Entah benar entah tidak, dalam banyak keadaan terbukti kalau saya bisa berada di waktu yang tepat, tempat yang tepat, dengan kemampuan yang tepat. Ketika ada perusahaan yang membutuhkan seseorang sebagai pemimpin yang cinta kedamaian, saya ada di sana. Tatkala banyak perusahaan kehilangan orientasi untuk kemudian mencari bahasa-bahasa hati, pada saat yang sama saya suka sekali berbicara dan menulis dengan bahasa-bahasa hati. Dikala sejumlah kalangan di pemerintahan mencari-cari orang muda yang siap untuk diajak bekerja dengan kejujuran, mereka mengenal dan mengingat nama saya. Sebagai akibatnya, terbanglah kehidupan saya dengan tenang dan ringan. Herannya, bisa sampai di situ dengan energi kengototan yang di bawah rata-rata kebanyakan orang. Mungkin tepat apa yang pernah ditulis Rabin Dranath Tagore dalam The Heart of God : ‘let this be my last word, that I trust in Your Love’. Keyakinan dan keikhlasan di depan Tuhan, mungkin itu yang menjadi kendaraan kehidupan yang paling banyak membantu hidup saya.

Karena keyakinan seperti inilah, maka dalam setiap doa saya senantiasa memohon agar seluruh permohonan saya dalam doa diganti dengan keikhlasan, keikhlasan dan hanya keikhlasan. Tidak hanya dalam doa, dalam keseharian hidup juga demikian. Ada yang mau menggeser dan memberhentikan, saya tidak melawan. Ada yang mengancam dengan kata-kata kasar, saya imbangi secukupnya saja. Ada sahabat yang menyebut kehidupan demikian sebagai kehidupan yang terlalu sederhana dan jauh dari kerumitan. Namun saya meyakini, dengan cara demikian kita bisa kaya dengan jalan sederhana.

oleh : Gede Prama

5 pintu

gede pramaGede Prama memulai talkshow dengan bercerita tentang tokoh asal Timur Tengah, Nasruddin. Suatu hari, Nasruddin mencari sesuatu di halaman rumahnya yang penuh dengan pasir. Ternyata dia mencari jarum. Tetangganya yang merasa kasihan, ikut membantunya mencari jarum tersebut. Tetapi selama sejam mereka mencari, jarum itu tak ketemu juga.

Tetangganya bertanya, “Jarumnya jatuh dimana?”

“Jarumnya jatuh di dalam,” jawab Nasruddin.

“Kalau jarum bisa jatuh di dalam, kenapa mencarinya di luar?” tanya tetangganya. Dengan ekspresi tanpa dosa, Nasruddin menjawab, “Karena di dalam gelap, di luar terang.”

More…Begitulah, kata Gede Prama, perjalanan kita mencari kebahagiaan dan keindahan. Sering kali kita mencarinya di luar dan tidak mendapat apa-apa. Sedangkan daerah tergelap dalam mencari kebahagiaan dan keindahan, sebenarnya adalah daerah-daerah di dalam diri. Justru letak ’sumur’ kebahagiaan yang tak pernah kering, berada di dalam. Tak perlu juga mencarinya jauh-jauh, karena ’sumur’ itu berada di dalam semua orang.


Sayangnya karena faktor peradaban, keserakahan dan faktor lainnya, banyak orang mencari sumur itu di luar. Ada orang yang mencari bentuk kebahagiaannya dalam kehalusan kulit, jabatan, baju mahal, mobil bagus atau rumah indah. Tetapi kenyataannya, setiap pencarian di luar tersebut akan berujung pada bukan apa-apa. Karena semua itu, tidak akan berlangsung lama. Kulit, misalnya, akan keriput karena termakan usia, mobil mewah akan berganti dengan model terbaru, jabatan juga akan hilang karena pensiun.

“Setiap perjalanan mencari kebahagiaan dan keindahan di luar, akan selalu berujung pada bukan apa-apa, leads you nowhere. Setiap kekecewaan hidup yang jauh dari keindahan dan kebahagiaan, berangkat dari mencarinya di luar,” tegas Gede Prama. Untuk mencapai tingkatan kehidupan yang penuh keindahan dan kebahagiaan, seseorang harus melalui 5 (lima) buah ‘pintu’ yang menuju ke tempat tersebut.

Pintu pertama adalah stop comparing, start flowing.
“Stop membandingkan dengan yang lain. Seorang ayah atau ibu belajar untuk tidak membandingkan anak dengan yang lain. Karena setiap pembandingan akan membuat anak-anak mencari kebahagiaan di luar,” ujar Gede Prama.

Setiap penderitaan hidup manusia, setiap bentuk ketidakindahan, menurut Gede Prama, dimulai dari membandingkan. Gede Prama mencontohkan orang kaya berkulit hitam yang tidak dapat menerima kenyataan bahwa dia berkulit hitam. Orang itu sering kali membandingkan dirinya dengan orang kulit putih.

“Uangnya banyak, mampu mengongkosi hobinya untuk operasi plastik. Sehingga orang yang hidup dari satu perbandingan ke perbandingan lain, maka hidupnya kurang lebih sama dengan seorang orang kaya itu. Leads you nowhere,” kata Gede Prama dengan logatnya yang khas.

Karena itu, Gede Prama mengajak peserta ke sebuah titik, mengalir (flowing) menuju ke kehidupan yang paling indah di dunia, yaitu menjadi diri sendiri. Apa yang disebut flowing ini sesungguhnya sederhana saja.

Kita akan menemukan yang terbaik dari diri kita, ketika kita mulai belajar menerimanya. Sehingga kepercayaan diri juga dapat muncul. Kepercayaan diri ini berkaitan dengan keyakinan-keyakinan yang kita bangun dari dalam. “Tidak ada kehidupan yang paling indah dengan menjadi diri sendiri. Itulah keindahan yang sebenar-benarnya!” kata Gede Prama.

Pintu kedua menuju keindahan dan kebahagiaan adalah memberi. Sebab utama kita berada di bumi ini, kata Gede Prama, adalah untuk memberi. “Kalau masih ragu dengan kegiatan memberi, artinya kita harus memberi lebih banyak,” ujar Gede Prama.

“Saya melihat ada 3 tangga emas kehidupan; I intend good, I do good and I am good. Saya berniat baik, saya melakukan hal yang baik, kemudian saya menjadi orang baik. Yang baik-baik itu bisa kita lakukan, bila kita konsentrasi pada hal memberi,” lanjut Gede Prama lagi. Memberi tidak harus selalu dalam bentuk materi. Pemberian dapat berbentuk senyum, pelukan, perhatian. Dan setiap manusia yang sudah rajin memberi, dia akan memasuki wilayah beauty and happiness.

“Saya sering bertemu dengan orang-orang kaya. Ada yang suka memberi, ada yang pelit. Saya melihat orang yang tidak suka memberi muka orang itu keringnya minta ampun. Orang yang mukanya kering ini bertanya pada saya, apa rahasia kehidupan yang paling penting yang bisa saya bagi ke saya.

Saya bilang sleep well, eat well,” ungkap Gede Prama sambil tersenyum. Artinya memang, untuk ongkos untuk menjadi bahagia tidak mahal. Hanya saja orang sering kali memperumit hal yang sudah rumit. Kalau kita sederhanakan, sleep well, eat well akan jadi mudah jika diikuti dengan kegiatan memberi.

Pintu ketiga untuk menuju keindahan dan kebahagiaan adalah berawal dari semakin gelap hidup Anda, semakin terang cahaya Anda di dalam. Perhatikanlah bintang di malam hari tampak bercahaya, jika langitnya gelap. Sedangkan, lilin di sebuah ruangan akan bercahaya bagus, jika ruangannya gelap. Artinya, semakin Anda berhadapan dengan masalah dan cobaan dalam hidup, semakin bercahaya Anda dari dalam.

“Jika Anda punya suami yang keras dan marah-marah, jangan lupa bersyukurlah. Karena suami yang keras dan marah-marah, membuat sinar dari dalam diri Anda bercahaya. Anda punya istri cerewetnya minta ampun. Bersyukurlah, karena orang cerewet adalah guru kehidupan terbaik. Paling tidak dari orang cerewet kita belajar tentang kesabaran.

Jika Anda punya atasan diktatornya minta ampun. Bersyukurlah, karena Anda dapat belajar tentang kebijaksanaan,” ujar Gede Prama membesarkan hati.

Orang yang pada akhirnya menemukan keindahan dan kebahagiaan, menurut Gede Prama, biasanya telah lulus dari universitas kesulitan. Semakin banyak kesulitan hidup yang kita hadapi, semakin diri kita bercahaya dari dalam. Mengutip perkataan Jamaluddin Rumi, semuanya dikirim sebagai pembimbing kehidupan dari sebuah tempat yang tidak terbayangkan.

“Tidak hanya orang cantik saja yang berguna, orang jelek juga berguna. Gunanya adalah karena orang jelek, orang cantik terlihat jadi tambah cantik,” kata Gede Prama disambut tawa peserta. “Jadi semuanya ada gunanya, untuk menghidupkan cahaya-cahaya beauty and happiness,” tegasnya.

Pintu keempat adalah surga bukanlah sebuah tempat, melainkan adalah rangkaian sikap. “Bila Anda melihat hidup penuh dengan kesusahan dan godaan, maka neraka tidak diketemui setelah mati. Neraka sudah ketemu sekarang,” ujar Gede Prama.

Sedangkan Anda akan bertemu surga, jika hasil dari rangkaian sikap Anda benar. Sikap ini dimulai dari berhenti mengkhawatirkan segala sesuatunya, dan coba yakinkan diri bahwa everything will be allright. Setiap kali kita melalukan ritual peribadatan, tetapi setiap kali pula kita merasa takut. Padahal ketakutan adalah sebentuk ketidakyakinan terhadap kebenaran.

“Kalau Anda melalukan ritual peribadatan tapi masih takut, mending jangan melalukan ritual peribadatan, karena toh Anda tidak yakin terhadap kebenaran,” kata Gede Prama.

“Segala sesuatunya menjadi baik-baik saja jika Anda mencintai yang kecil,” sambung Gede Prama.

Pintu kelima menuju keindahan dan kebahagiaan yakni tahu diri kita dan kita tahu kehidupan. Manusia-manusia yang tidak tahu diri adalah manusia yang tidak pernah ketemu keindahan dan kebahagiaan dalam hidupnya.

“Sumur kehidupan yang tidak pernah kering berada di dalam. Sumur ini hanya kita temukan dan kita timba airnya kalau kita bisa mengetahui diri kita sendiri,” kata Gede Prama.

Seandainya diri sendiri telah ditemukan, maka artinya kita kemudian mengetahui arti kehidupan.

sumber : http://b371ny03.blogspot.com

Rabu, 10 Maret 2010

kata2 mutiara

SIKAP

Semakin lama saya hidup, semakin saya sadar
Akan pengaruh sikap dalam kehidupan

Sikap lebih penting daripada ilmu,
daripada uang, daripada kesempatan,
daripada kegagalan, daripada keberhasilan,
daripada apapun yang mungkin dikatakan
atau dilakukan seseorang.

Sikap lebih penting
daripada penampilan, karunia, atau keahlian.
Hal yang paling menakjubkan adalah
Kita memiliki pilihan untuk menghasilkan
sikap yang kita miliki pada hari itu.

Kita tidak dapat mengubah masa lalu
Kita tidak dapat mengubah tingkah laku orang
Kita tidak dapat mengubah apa yang pasti terjadi

Satu hal yang dapat kita ubah
adalah satu hal yang dapat kita kontrol,
dan itu adalah sikap kita.

Saya semakin yakin bahwa hidup adalah
10 persen dari apa yang sebenarnya terjadi pada diri kita,
dan 90 persen adalah bagaimana sikap kita menghadapinya.

Akhirnya: Seluruh pilihan terletak di tangan Anda, tidak ada JIKA atau TETAPI. Andalah pengemudinya. Andalah yang menentukan JALAN HIDUP ANDA…!

osted by lenterahati in Gede Prama, Uncategorized.
trackback

Bagi Gede Prama, keberhasilan maupun kegagalan adalah buah dari keyakinan seseorang. “Keberhasilan itu berawal dari keyakinan. Dan kita bisa mengubah banyak sekali hal lewat keyakinan,” katanya. Sayangnya menurut Gede, keyakinan orang sering terbelenggu oleh pikiran-pikiran rasionalnya serta pengalaman-pengalaman ekstrim di masa lalu. Mereka yang gagal menumbuhkan keyakinan positif –sekalipun dia sangat berpotensi– biasanya justru gagal dalam kehidupan.

“Saya mengenal banyak orang yang secara potensial biasa-biasa saja. Tapi karena didukung oleh yang namanya raksasa keyakinan, dia berhasil. Yang banyak terjadi adalah orang yang potensinya rendah tapi keyakinannya tinggi, dia berhasil. Sebaliknya ada orang yang potensinya tinggi tapi keyakinannya rendah, ya ndak berhasil,” ungkap Gede Prama.

Agak sulit mencari tokoh seperti Gede Prama ini. Ia tidak saja dikenal sebagai seorang kolumnis yang produktif, penulis buku, konsultan manajemen, public speaker, tapi juga dikenal pernah menjadi CEO perusahaan jamu papan atas. Sebagai kolumnis, tulisannya yang mudah dicerna menghiasi berbagai media masa dan media online. Belasan buku laris sudah diselesaikannya, termasuk sejumlah kaset (audio book) yang digemari banyak orang. Sejak tahun 1993 ia menjadi konsultan manajemen dan presiden Dynamics Consulting, dan pernah pula berposisi sebagai CEO perusahaan besar yang tak lama kemudian ditinggalkannya.

Alumnus Universitas Lancaster Inggris ini juga dikenal sebagai salah satu inspirator dan public speaker terbaik di Indonesia. Lebih dari seratus lembaga profit dan non profit seperti perbankan, asuransi, BUMN, perhotelan, manufaktur, telekom, perusahaan-perusahaan DS/MLM, serta berbagai asosiasi pernah mengundangnya sebagai pembicara. Orang gemar dengan gaya penuturannya yang menyegarkan, menyentuh, mudah dimengerti, mendalam, sekaligus mengandung unsur-unsur filosofi yang tinggi.

Tak mengherankan bila banyak orang terinspirasi oleh gagasan-gagasannya. Tak terkecuali seorang cendekiawan Islam kondang seperti Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, yang mengaku terkesan sekali dengan teori “Tahi Sapi” ala Gede Prama. Teori ini bertutur tentang cara pandang positif yang bisa membangkitkan sebuah kebesaran hati apabila seseorang mendapat penghinaan atau perlakuan buruk dari orang lain.

Gede Prama dikarunia tiga orang anak. Ia mengaku, keluarga adalah kekayaan dalam kehidupannya. Ia sering menikmati waktu hujan bersama dengan anak-anaknya di halaman rumah. Saat-saat libur akhir tahun misalnya, lebih sering dipakai untuk menulis dan berkumpul bersama keluarga. Dan Gede Prama sangat bersyukur dengan kehidupan yang diperolehnya saat ini.

“Sebagai seorang public speaker merupakan jalan kehidupan yang indah, dapat uang cukup, senang, dan beribadah. Saya dapat tiga-tiganya sekaligus. Makanya saya melihat hidup saya itu indah. Life is beautiful,” tutur Gede menyebut sebuah judul film Itali yang ditontonnya berulang-ulang. Wawancara berikut merupakan salah satu wawancara terlengkap dan terbaik yang pernah dilakukan Edy Zaqeus dengan sang inspirator. Wawancara ini merupakan salah satu bagian dari buku best seller Kalau Mau Kaya Ngapain Sekolah! (Gradien, 2004)

Anda punya tujuan yang lebih…?

Oh, ya. Bagi saya kekayaan itu yang paling berguna adalah independensi. Kebebasan dalam arti yang luas. Di mana dunia kepegawaian adalah salah satu rantai yang membuat kita tidak terlalu independen. Jangankan di posisi bawah, di posisi presiden direktur pun kita ndak independen. Kan berhadapan dengan pemilik, berhadapan dengan komisaris, dengan aturan-aturan. Kalau kita menjadi pekerja independen, kan kita menentukan dan mengarahkan hidup kita sendiri. Jadi orang pikir saya enjoy di posisi nomor satu. Sebenarnya ndak. Saya lebih enjoy di profesi di mana saya bisa terbang sebebas burung-burung terbang di udara. Jadi, kebebasan! Persoalan jumlah uang dan jumlah materi itu relatif. Materi jadi sedikit, kalau kita pengeluarannya banyak. Materi jadi banyak, kalau kita pinter mengelolanya. Jadi bukan jumlah yang saya hitung, tapi bagaimana kita mengelolanya.

Orang itu sukses karena dia dilahirkan sebagai orang sukses, atau karena usahanya sendiri?

Saya menganut keyakinan, ya lebih banyak karena usaha. Kalau benar keyakinan banyak orang bahwa sukses itu terlahir, berarti sukses sesuatu yang sudah given. Tepatnya ndak. Sukses adalah sesuatu yang harus kita upayakan, kita cari. Badan serta jiwa kita yang mirip dengan karet yang bisa dibentuk ke mana-mana. Perkaranya apakah kita membentuknya ke arah yang lebih berbau kegagalan atau ke arah yang berbau keberhasilan. Itu lebih banyak bentukan kita. Ada unsur di luar bentukan kita, tapi lebih banyak unsur bentukan kita. Jadi sukses lebih banyak diusahakan. Terutama faktor perjuangan yang kita lakukan dalam hidup. Karet bisa ditarik sebesar apapun tergantung seberapa kuat kita menariknya.

Kalau keberuntungan, apakah dibawa sejak lahir atau karena diupayakan?

Bisa dua-duanya. Ada orang mengatakan dengan seluruh ilmu hokinya, dia terlahir (beruntung) dengan bentuk hidung dan sebagainya. Dua-duanya ada. Orang-orang yang dilahirkan beruntung mungkin memerlukan upaya lebih rendah dibanding orang yang terlahir tidak beruntung. Yang jelas dua-duanya sama-sama bisa berhasil. Cuma dengan tingkat kuantitas dan kualitas usaha yang berbeda. Jangan menyetempel; ndak hoki Anda pasti gagal, ndak!

Namun kebanyakan orang meyakini keberuntungan dilahirkan?

Boleh saja. Dan sebagaimana diketahui oleh sahabat-sahabat dari MLM, keberhasilan itu berawal dari keyakinan. Kalau belum apa-apa anda sudah meyakini tidak beruntung dan tidak berhasil, kalau kemudian anda tidak beruntung dan tidak berhasil lebih banyak gara-gara keyakinan anda. Keyakinan itu awalnya. Dan kita bisa mengubah banyak sekali hal lewat keyakinan.

Nah, dalam mengubah proses keyakinan, penghambat kita yang paling utama adalah mind. Mind itu bukan otak atau pikiran. Tapi yang jelas pikiran itu salah satu pintu menuju mind. Kalau kita bisa mengubah mind kita menjadi mind yang absolutly and totally believe pada keberhasilan, kita berhasil.

Saya mengenal banyak orang yang secara potensial biasa-biasa saja. Tapi karena didukung oleh yang namanya raksasa keyakinan, dia berhasil. Yang banyak terjadi adalah, orang yang potensinya rendah tapi keyakinannya tinggi, dia berhasil. Sebaliknya, ada orang yang potensinya tinggi, tapi keyakinannya rendah, ya ndak berhasil. Saya punya teman, orang yang brilian, pintar. Tapi kebriliyanannya tidak membuat dia berhasil, karena menyepelekan banyak perkara. Akhirnya nggak berhasil. Sebaliknya ada banyak orang biasa -jangan terlalu bodoh- karena merasa dirinya punya kekurangan, kemudian dia menutup kekurangannya dengan usaha besar-besaran. Usaha besar-besaran inilah yang menjadi energi keberhasilan yang luar biasa.

Anda tahu, orang-orang yang berhasil sebagian datang dari orang-orang yang ndak cerdas. Tapi, karena kekurangcerdasan itulah kemudian dia menutup kekurangannya dengan usaha besar. Dan kecerdasan bisa positif, bisa negatif. Positifnya, menjadi modal lari yang kuat. Negatifnya, membuat kita menyepelekan. Sekarang perkaranya tergantung pada kita. Mau meletakkan potensi kecerdasan dan sebagainya sebagai modal untuk maju, atau sebaliknya membuat kita leha-leha dan tidur siang tiap hari. Jadi kembali ke yang tadi, life is a mind game.

Jadi keyakinan yang utama?

Keyakinan intinya. Cuma menyangkut keyakinan itu seringkali dibatasi banyak hal, antara lain pikiran. Pikiran cara kerjanya kan berkalkulasi, berhitung. Kalau saya melompat paling tinggi 50 cm. Kalau saya melakukan ini maksimum saya bisa mencapai ini. Berhitung. Jadi keyakinan pertama kali dihambat oleh pikiran. Pikiran itu kayak langit-langit (dalam ruangan) yang membatasi penglihatan kita. Kalau Anda memiliki keyakinan yang tinggi, raksasa yang berasal dari dalam, maka yang pertama mesti dilampaui adalah pikiran. Hanya, banyak orang yang dibelenggu dan digembok oleh pikiran. Yang kedua adalah pengalaman, terutama yang ekstrim di masa lalu. Pengalaman buruk membuat orang traumatik, kemudian ndak yakin. Pengalaman pernah berhasil membuat orang menjadi sombong. Yang ketiga pendidikan masa kecil. Point utamanya keyakinan. Orang bodoh bisa cakap. Orang yang nggak pengalaman bisa percaya diri. Itu karena keyakinan saja. Banyak hal bisa berubah karena keyakinan.

Orang bisa mengalami kegagalan secara beruntun, dan akhirnya berkesimpulan, dirinya dilahirkan bukan sebagai orang yang beruntung. Komentar Anda?

Yang terpenting sebenarnya bukan berapa banyak kita jatuh. Tapi seberapa banyak kita bangun. Karena keberhasilan ditentukan oleh seberapa banyak kita bangun, bukan seberapa banyak kita jatuh. Masalahnya adalah banyak orang gagal yang lebih banyak berhitung berapa kali jatuhnya dibanding berapa kali bangunnya. Banyak orang mengatakan lebih banyak jatuh, lebih down anda. Saya katakan lain. Lebih banyak anda jatuh, lebih kuat anda. Kejatuhan dalam jumlah yang banyak jangan diijinkan sebagai sebuah kecelakaan yang membuat anda pasti runtuh. Tapi gunakan kejatuhan yang banyak itu sebagai vitamin untuk bangkit, bangkit, dan bangkit lagi. Dalam kehidupan banyak orang yang berhasil, mereka adalah orang yang ndak pernah berhenti bangun.

Apakah benar semua orang dilahirkan untuk menjadi pemenang?

Bisa ya, bisa tidak. Kembali kepada keyakinan keberhasilan yang lebih banyak kita bentuk dibandingkan unsur dilahirkan tadi. Kalah menang itu hanya perkara pikiran saja. Orang menjadi kalah karena pikirannya memproduksi dia untuk menjadi kalah. Orang menjadi menang karena pikirannya memproduksi dia menjadi menang. Sehingga point utamanya adalah seberapa cermat kita dan seberapa pintar kita mengelola pikiran. Pikiran itu mirip dengan pedang. Dia bisa membantu. Dengan pikiran kita bisa mengukur, mengkalkulasi, meramalkan, memilah-milah. Tapi ada aspek kedua dari pikiran, di samping membantu dia juga membatasi. Pikiran membatasi orang untuk bisa terbang tinggi. “Ah, saya satpam. Sehebat-hebatnya saya hanya kepala satpam!“. Kalau saya di banyak forum menyatakan, “Jangan gunakan pikiran sebagai pembatas. Gunakanlah sebagai pembantu!“. Caranya hanya satu, lampaui pikiran.

Untuk melampaui pikiran itu apa yang harus dilakukan?

Ada kegiatan interaktif sifatnya. Dengan mencoba, ada hasil. Kalau ada hasil, keyakinan akan naik. Coba-hasil-keyakinan. Tapi dalam lingkaran ini yang terpenting adalah mencoba. Beda antara orang beruntung dengan orang kurang beruntung hanya dalam jumlah mencoba. Orang yang beruntung mencobanya lebih sedikit. Orang yang kurang beruntung mencobanya lebih banyak. Itu saja. Perkaranya adalah –terutama yang kurang beruntung– seberapa sabar dan seberapa tahan dia mencoba. Orang gagal adalah orang kurang beruntung, dan mencobanya kurang banyak. Orang beruntung sama sekali tidak mencoba, gagal juga. Perkaranya hanya frekuensi dan jumlah kita mencoba.

Saya lihat sukses menurut anda lebih banyak ditentukan “dari dalam” bukan “dari luar”. Padahal orang baru mau berusaha atau belajar setelah dia melihat kondisi-kondisi di luar dirinya?

Ya. Proses belajar banyak orang memang seperti itu. Karena dia akan belajar dari apa yang dia lihat, apa yang diajarkan orang lain. Dari luar ke dalam. Di tingkatan-tingkatan tertentu terbalik, nanti dari dalam ke luar. Nah, sahabat-sahabat yang masih belajar dari luar ke dalam, nanti dia akan menghasilkan ketergantungan. Termasuk ketergantungan kepada saya sebagai sumber ide. Di tingkat-tingkat tertentu tidak salah belajar dari sumber luar. Tapi kalau Anda mau mendalami substansi sukses yang lebih mendalam, kita harus ganti. Gurunya tidak lagi orang luar, tapi inner teacher. Guru yang datang dari dalam. Kalau Anda sudah bertemu dengan inner teacher, Anda sudah ketemu guru terbaik. Dan dia akan membimbing Anda. Hanya saja banyak orang yang seumur hidup tidak pernah menemukan inner teacher. Kenapa? Karena membiarkan dirinya selamanya tergantung kepada guru dari luar. Pada titik tertentu Anda harus berani memutuskan ini, adalah waktu yang tepat di mana saya berhenti kepada orang, tetapi lebih banyak berguru pada guru yang ada di dalam.

Lebih konkritnya, bagaimana kita bergaul dengan inner teacher itu?

Modal, sarana, dan kendaraannya adalah rajin berefleksi. Kalau anda rajin berefleksi terutama mempelajari catatan sejarah hidup, anda akan menemukan sebuah pola. Tapi ingat, berefleksi itu ndak bisa sekali dua kali. Ada pola, ada pathern, ada flow. Cara mengenali pola ini adalah dengan menandai titik-titik ekstrim di mana Anda pernah berhasil, di mana Anda pernah terjun ke bawah. Tanya diri Anda sendiri, kenapa berhasil waktu itu dan kenapa gagal. Pasti ada hal-hal yang menjadi benang merah yang menyatukan titik-titik ekstrim tadi. Nah, semakin banyak titik-titik ekstrim yang Anda tandai, Anda akan ketemu faktor-faktor atau variabel-variabel yang muncul di titik ekstrim itu. Kalau variabel –katakanlah kejujuran– nah, itu benang merahnya. Atau usaha, itu benang merahnya. Konsentrasikan pada satu faktor, satu variabel, yang hampir muncul di semua titik ekstrim. Nah, konsentrasikan, selami, pelajari, dalami sedalam-dalamnya satu faktor itu. Dan Anda akan dibimbing oleh inner teacher.

Kalau kita sudah menemukan inner teacher dan berpegang kepadanya, apakah kita bisa menjadi kurang peka dengan sekeliling?

Ndak seperti itu. Sebaliknya anda malah akan lebih peka. Orang curiga kalau kita berguru pada inner teacher, kita jadi ndak peka, egois, ndak. Yang saya rasakan malah lebih peka lagi. Bimbingan yang datang dari luar, kita hanya bisa berguru jika gurunya ada. Inner teacher itu kan kita bawa ke mana-mana? Sehingga di semua tempat, di semua situasi, Anda akan peka. Tapi kalau Anda bergantung pada guru luar, kan anda hanya sensitif kalau gurunya ada.

Ada yang menjuluki agama anda adalah “agama cinta”. Bisa nggak unsur cinta kasih memainkan peran dalam bisnis?

Sangat bisa, tapi cinta dalam artian luas. Di tingkatan di mana Anda sudah sampai di ujung kehidupan yang bernama cinta itu, tidak ada yang sulit. Kalau ukuran uang itu kan relatif, rezeki di tangan Tuhan. Tapi di puncak kehidupan yang bernama cinta itu, saya katakan sudah sampai di tingkatan ekstasi. Jadi keberhasilan tidak lagi dilawankan dengan kegagalan. Keberhasilan ya keberhasilan. Keberhasilan yang masih dilawankan dengan kegagalan itu menunjukkan Anda masih belum sampai di tingkatan cinta. Tingkatan bawah. Cinta itu tidak mengenal dikotomi, tidak mengenal hitam putih, tidak lawan-lawanan. Cinta ya cinta, keberhasilan ya keberhasilan. Jangan dilawankan dengan kegagalan.

Tapi di bisnis orang selalu melihat winner and loser?

Nah, itu hasil produksi pikiran. Winner and loser, true and false, right and wrong, itu hasil pekerjaan pikiran. Cinta itu melampaui pikiran. Tidak hanya melampaui pikiran, bahkan melampaui waktu. Bayangkan cinta seorang ibu kepada anak. Saya punya ibu sudah almarhum, tapi cintanya masih saya rasakan. Bayangkan cinta Ibu Theresa yang sudah meninggal beberapa tahun lalu, dia dirasakan oleh seluruh umat yang peka terhadap cinta kasihnya Ibu Theresa. Bayangkan senyuman seorang Lady Diana yang sudah meninggal di Paris, tapi orang masih terbayang kan dengan senyum- senyumnya yang lembut? Perjuangan seorang Mahatma Gandhi, akan dikenang sampai seratus dua ratus tahun kemudian dalam sejarah dunia. Kalau Anda di tingkatan cinta, banyak hal sudah dilampaui. Hanya saja cinta sebagai spirit, bukan cinta sebagai sebuah pengertian sebagaimana yang dilakukan kata-kata. Kata-kata kan selalu untuk menerangkan bahwa kalau hitam harus ada putih? Orang hanya bisa mengerti cinta kalau ada kebencian. Ndak, ini di luar pengertian.

Masalahnya paradigma yang dominan, the winner is always the best. Ketika the winner muncul, selalu ada the loser….
Nah, itu paradigma yang harus kita bongkar. Kalau dalam frame of mind cinta, tidak ada winner and loser. Yang ada hanya winner. Everybody adalah the winner. Tidak ada loser dalam tingkatan cinta. Kenapa? Karena di tingkatan cinta kita sudah memeluk cinta dan kebencian, pujian dan makian, siang dan malam, pria dan wanita, suka dan duka, dalam sebuah lingkaran yang sama mesranya. Sama dengan saya sekarang ini, kan dilayani dan dipuja orang karena jabatan. Karena baju. Tapi besok lusa atau nanti saat harus pensiun, nggak lagi dilayani orang. Karena apa? Karena baju lagi. Artinya apa? Yang dipuja, dilayani, dan dimaki itu baju. Pujian dan makian itu ditujukan ke baju, tidak ke diri kita sendiri. Kalau kita konsentrasi ke dalam cinta yang ada dalam diri kita, tidak ada pujian dan makian. Semuanya tidak perlu mempengaruhi kita. Licin! Seperti air yang menetesi batu es. Lewat! Itu cinta. Tidak lagi mengenal hitam putih.

Bagaimana caranya supaya orang-orang yang masih berada di tataran pemikiran-pemikiran sangat rasional mengenal bahasa-bahasa cinta?

Nah, gurunya yang di balik. Ke inner teacher. Sayangnya kebanyakan orang masih bergantung kepada guru-guru dari luar. Dan guru-guru dari luar kebanyakan menyampaikan pesannya melalui sarana bahasa dan kata-kata pikiran. Dalam bahasa dan sarana pikiran terjadi dikotomi. Tapi kalau gurunya inner teacher, ndak! Ini inner teacher saya yang bicara…. salah satu cara untuk bisa di tingkatan cinta, atau cara di mana kita bisa melampaui mind dan pikiran, adalah keikhlasan. Cuman bukan keikhlasan yang tanpa usaha. Ikhlas tanpa usaha itu keliru. Tapi ikhlas plus kerja keras. Beda… jadi orang kerja keras, berusaha maksimal, tapi hasilnya ikhlas itu ekstasi. Tidak lagi mengenal ukuran-ukuran angka. Tidak lagi melihat keberhasilan sebagai lawan kegagalan. Winner and loser itu ndak ada.

Jadi ikhlas yang bisa membawa kita terbang lebih tinggi dari pikiran kita. Sayangnya orang-orang yang rasional, orang-orang yang masih mengenal winner and loser itu dibatasi oleh langit-langit yang namanya pikiran, dan kemudian dia ndak bisa terbang. Padahal untuk bisa terbang ini ada sayap yang bernama keikhlasan, di mana tidak ada lagi hitungan. Sama dengan sahabat-sahabat di MLM dan direct marketing. Kalau Anda bertemu orang dengan sebuah hitungan mudah-mudahan orang itu jadi network, orang itu membeli, keberhasilan itu terbatas. Tapi kalau Anda bertemu dengan orang dengan spirit cinta yang ikhlas, keberhasilannya tidak terbatas. Kadang keikhlasan itu menyakitkan. Kita ikhlas ditipu orang. Kita ikhlas terus dipecat orang, ya bisa menyakitkan. Kita ikhlas dikira bodoh, itu menyakitkan. Tapi jangan pernah lupa! Di suatu tempat kita jatuh dua tangga karena ikhlas, di tempat lain kita dinaikkan dua puluh tangga oleh Tuhan. Cuma itu hanya bisa dilakukan oleh manusia-manusia yang keikhlasannya total. Keikhlasan disertai kerja keras.

Tahapan-tahapan apa yang perlu dilalui supaya orang bisa sampai pada keikhlasan?

Cara, tips, teknik, itu kan kayak kendaraan. Teknik saya ini hanya kendaraan yang cocok dengan saya. Kalau ada orang yang cocok dengan cara ini syukur alhamdullilah. Kendaraan itu banyak. Ada yang menyebut meditation, kendaraan kerja keras, macam-macamlah. Tapi saya suka berbagi kepada orang yang namanya jalan-jalan yoga. Ini tidak ada kaitannya dengan agama. Dalam jalan-jalan yoga itu ada delapan tingkatan. Tingkatan satu dan dua adalah good daily life, yaitu kehidupan sehari-hari yang penuh dengan kebajikan. Sederhananya ya jalankan perintah agama masing-masing. Good daily life, kurangi menyakiti hati orang, bantu sebanyak mungkin orang, lakukan pekerjaan Anda dengan rasa cinta yang penuh.

Tiga dan empat adalah mengelola badan kita. Terutama panca indera, mulut, mata, telinga. Karena alasan itu sudah sejak lama saya vegetarian sebagai bagian dari perjalanan yoga. Di samping itu adalah mengelola perhatian. Apa yang kita perhatikan berulang-ulang dalam waktu yang lama akan membuat kehidupan kita sebagaimana yang kita perhatikan. Kalau Anda sering memperhatikan kehidupan seseorang, orang itu terus Anda amati dari A sampai Z, lama-lama Anda akan mirip dengan dia kehidupannya. The power of attention. Anda memperhatikan nafsu seks, Anda akan liar, pingin-pingin-pingin. Anda perhatikan makanan enak, nanti anda tertarik terus pada makanan. Makanya ada istilah attention is the active partner of intention. Perhatian adalah mitra aktifnya niat. Kalau kita memperhatikan serangkaian perilaku, sama dengan meniatkan diri kita sendiri untuk berkembang ke sana. Kalau Anda ingin berhasil, perhatikan hanya faktor-faktor yang berbau keberhasilan. Bilamana perlu seluruh panca indera Anda hanya digunakan untuk keberhasilan. Mata hanya untuk melihat yang berhasil, telinga hanya untuk mendengar yang berhasil, mulut makan sambil membayangkan raw material keberhasilan, semuanya.

Lima dan enam baru mengelola pernafasan. Pernafasan maksud saya adalah the breath of life is love. Nafasnya hidup itu cinta. Kalau Anda melihat dan mengalami semuanya dengan spirit-spirit cinta, Anda sudah sampai di tingkat lima dan enam. Tujuh itu meditasi, delapan itu enlightment, pencerahan. Nah, ndak perlu sampai delapanlah. Kalau Anda sampai di lima dan enam, live, life, and love. Maka inner teacher-nya ketemu. Keikhlasan. Syukur-syukur sampai tujuh dan delapan.

Mengapa Anda suka memasang gambar bertuliskan leader dan opportunity? Apa maknanya?

Saya terutama suka opportunity gambarnya bagus. Peluang adalah pulau yang berada di tengah-tengah kesulitan. Di kita, terutama di direct marketing dan MLM banyak orang baru, begitu ketemu kesulitan langsung mundur. Ketemu tantangan mudah menyerah. Kalau saya menemui kesulitan saya bayangkan diri saya tengah mencari pulau yang di tengah itu. Karena peluang selalu bersembunyi di tengah-tengah kesulitan.

Di bisnis DS/MLM orang memiliki spirit membantu orang lain menjadi sukses. Apakah itu bagus menurut Anda?

Yang saya amati banyak orang yang mendapatkan member atau downline dengan cara-cara yang “memaksa” atau “berbohong”. Walaupun yang dengan cara-cara jujur juga banyak. “Memaksa” atau “berbohong” adalah cara yang cepat atau lambat akan menghancurkan profesi itu sendiri. Saya justru menghargai sahabat-sahabat direct marketing atau MLM yang jujur sejak awal. Imej direct marketing dan MLM di Indonesia jadi kurang baik gara-gara itu. Padahal ada 1001 cara di mana kita bisa mengajak orang menjadi network kita tanpa perlu berbohong. Saya masih percaya kejujuran, ketulusan, dan cinta akan membantu dan menyelamatkan orang.

Anda sudah mendapatkan semua yang diinginkan. Apalagi yang ingin Anda capai?

Bagi saya kehidupan adalah perjalanan jiwa menuju Tuhan. Restless soul, jiwa yang tidak pernah berhenti berjalan. Dan dalam proses berjalan itu yang dicari adalah usaha penyatuan dengan Tuhan. Apapun profesi kita mau MLM, direct marketing atau wartawan, pandang seluruh perjalanan kita menuju arah sana. Kesuksesan, kegagalan, harta, tahta, rumah dan mobil, itu kalau dalam perjalanan mirip dengan pohon-pohon di pinggir jalan. Dan itu akan kita lewati. Kalau hari ini Anda naik mercedes jangan lupa itu akan Anda lewati. Entah lewat gara-gara meninggal, dijual, atau ganti yang lain. Celakanya di kita banyak sekali orang berjalan berhenti di tengah jalan memperhatikan pohon yang ditemukan. Entah pohon itu harta, pujian orang lain, terkenal, ketenaran, makian, hujatan, saya ndak mau berhenti.

Jangan berhenti di pohon-pohon simbol keberhasilan. Jalan terus! Dan kendaraan utama yang membuat perjalanan saya agak peaceful itu adalah ikhlas. Dalam tingkat keikhlasan total, perjalanan kita seperti berjalan di langit. Berjalan ndak ada hambatan. Banyak orang perjalanannya terhambat karena mobilnya menabrak pohon. Kalau yang dia tabrak kegagalan ndak masalah, karena kegagalan membuat kita berubah kemudian berusaha lagi. Yang bahaya adalah (menabrak) keberhasilan, karena kita terikat dengan simbol-simbol keberhasilan. Kayak saya terkenal, saya mau selamanya terkenal, terikat! Keberhasilan sering memproduksi keterikatan. Makanya saya sering mengatakan keberhasilan memproduksi kegagalan permanen. Kenapa? Karena dengan keberhasilan Anda menghasilkan benda-benda mewah. Dan dengan benda-benda mewah itu Anda terikat, dan dalam keterikatan itulah perjalanan Anda terhenti. Itu yang saya sebut kegagalan permanen.

(Wawancara ini pernah dimuat di Tabloid Network Indonesia Edisi Khusus No. 09/Thn 1/10 Desember 2001)